Indonesia
merupakan salah satu negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Menurut lembaga
pemerintah AS, yang mempunyai fokus di bidang Geologi (US Geological Survey),
menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang mempunyai cadangan
bahan tambang terbesar di dunia. Pada tahun 2014, dari segi cadangan Sumber Daya Alam,
Indonesia mempunyai cadangan timah terbesar nomor 2 di dunia, emas nomor 6 di
dunia dan energi panas bumi nomor 1 di dunia. Indonesia juga merupakan
penghasil nikel terbesar nomor 3 di dunia, bauksit nomor 2 di dunia, gas nomor
9 di dunia, batubara nomor 6 di dunia dan Crude Palm Oil (CPO) nomor 1 di dunia.
Persebaran Gunung Api di Indonesia.
Namun siapa
sangka, dibalik kekayaan alam yang melimpah, sejarah geologi dari Indonesia
juga menarik untuk dikaji lebih dalam. Berdasarkan salah satu cabang ilmu geologi, yaitu
stratigrafi, beberapa pulau di Indonesia dulunya merupakan dasar laut. Salah
satunya adalah Pulau Jawa. Berdasarkan sejarah geologi, Pulau Jawa pada awalnya
merupakan dasar laut bagian dari Sunda Arc (Busur Sunda) yang terangkat karena
adanya zona subduksi. Selain Pulau Jawa, Busur Sunda yang merupakan busur
vulkanik juga menghasilkan Pulau Sumatra, Selat Sunda dan Kepulauan Sunda
Kecil. Rantai gunung berapi di Pulau Jawa juga diketahui berasosiasi dengan
busur ini.
Sebelum
membahas Busur Sunda lebih jauh, kita harus memahami apa itu Busur Vulkanik. Volcanic
Arc (Busur Vulkanik) adalah rantai gunung api yang terbentuk di atas zona
subduksi dan memiliki posisi berbentuk busur ketika dilihat dari atas. Ada dua
tipe busur Vulkanik, yaitu Busur samudra, terbentuk ketika Lempeng Samudra
menujam ke bawah Lempeng Samudra lainnya pada dua lempeng berdekatan, membentuk
Busur Kepulauan Vulkanik (tidak semua busur kepulauan adalah Busur Kepulauan Vulkanik).
Busur Benua, terbentuk ketika Lempeng Samudra menujam ke bawah Lempeng Benua
pada dua lempeng yang berdekatan, membentuk sabuk pegunungan yang berbentuk
busur (tidak semua sabuk pegunungan terbentuk dengan cara ini).
Busur Vulkanik.
Busur Sunda
menandai batas konvergen aktif antara Lempeng Eurasia Timur yang menjadi dasar Indonesia,
khususnya Lempeng Sunda dan Lempeng Burma, dengan Lempeng India dan Australia
yang mendasari dan membentuk dasar laut Samudra Hindia serta Teluk Benggala. Lempeng
India dan Australia berada di bawah lempeng Sunda dan Burma di sepanjang Busur
Sunda membentuk zona subduksi. Deformasi tektonik di sepanjang zona subduksi
di Palung Jawa (juga dikenal sebagai Palung Sunda) menyebabkan gempa bumi
Samudra Hindia pada tanggal 26 Desember 2004.
Sunda Arc
adalah tempat bagi beberapa gunung berapi paling berbahaya di dunia. Letusan
Gunung Tambora di Sumbawa tahun 1815 dan letusan Gunung Samalas di Lombok pada
tahun 1257 adalah beberapa letusan gunung yang terbesar di dunia, dengan
peringkat 7 pada skala VEI. Zona subduksi dari Busur Sunda juga merupakan lokasi
salah satu letusan terbesar pada masa Kenozoikum, yaitu erupsi super dari
Gunung Toba dengan peringkat 8 pada skala VEI, Kaldera yang dihasilkan dari
erupsi ini telah menjadi Danau Toba. Selain itu, letusan Gunung Krakatau tahun
1883 yang menewaskan ratusan ribu orang di dunia, juga diakibatkan oleh
aktivitas tektonik dari Busur Sunda. Aktivitas gunung berapi lainnya, termasuk
Papandayan, Galunggung, Merapi, Kelud, dan Agung, juga berasosiasi dengan zona
subduksi di Busur Sunda.