Pengaruh Jumlah Dosing Asam Fosfat dalam Proses Degumming

Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak kelapa sawit mentah yang di dalamnya masih mengandung getah dan impurities lainnya. Untuk itu, sebelum diolah menjadi berbagai produk olahan minyak dan lemak, perlu dilakukan proses pemurnian CPO menjadi Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO). RBDPO adalah turunan pertama dari pengolahan CPO yang merupakan produk setengah jadi yang membutuhkan proses yang cukup panjang melalui berbagai tahapan. Proses pengolahan minyak CPO yang dilakukan pada plant refinery adalah proses pemurnian (refine) yang mengubah CPO menjadi RBDPO. Proses refinery meliputi berbagai tahapan, yaitu degumming dengan asam fosfat, bleaching dengan activated bleaching earth, dan deodorisasi dengan menggunakan stripping agent berupa steam.

 

Tulisan ini difokuskan pada tahapan degumming saat proses refine. Degumming adalah proses menghilangkan fosfolipid, logam dan pigmen yang akan diserap oleh activated bleaching earth pada proses bleaching. Asam fosfat akan menguraikan fosfatida non-hidrat dengan memecah Mg2+ dan Ca2+. Dosis asam fosfat yang terlalu rendah membuat gum tidak terhidrasi, lalu rusak saat proses deodorisasi menghasilkan produk yang berwarna gelap dan beraroma tidak sedap. Overdosis menyebabkan asam fosfat yang tidak bereaksi masuk ke dalam proses deodorisasi dan menyebabkan penggelapan minyak (fosforilasi trigliserida). Kelebihan jumlah dosing asam fosfat dapat menurunkan kinerja pada proses bleaching, mengakibatkan produk menjadi seperti agar-agar dan sulit disaring pada filter niagara. Crude Palm Oil dengan kadar unsur P lebih dari 4 ppm terbukti tidak stabil, sehingga mempersulit saat proses degumming. Selain unsur P, unsur Fe dan Cu juga memengaruhi proses degumming. Stabilitas minyak paling baik terjadi pada Fe<0,1 ppm dan Cu<0,02 ppm. Fe dan Cu membentuk kompleks dengan fosfolipid dan kemudian diendapkan saat degumming. Penambahan air selama degumming akan menghilangkan gum terhidrasi dan Fe.